BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah
beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber dayasumber daya
yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang
dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999). Pemberlakuan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu
pertumbuhan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan public dan
memajukan perekonomian daerah. Kedua Undang-Undang tersebut memiliki makna yang
sangat penting bagi daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan
pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat.
Melalui otonomi daerah pemerintah
daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi
swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi daerah terutama di Jepara.
II.
Rumusan Masalah
1. Apa saja ekonomi lokal yang menunjang
perekonomian di Kabupaten Jepara ?
2. Bagaimana ekonomi lokal tersebut dapat
bertahan ?
3. Seberapa pengaruhnya ekonomi lokal
menunjang perekonomian di Jepara ?
III.
Tujuan
Adapun
tujuan penulis menulis makalah ini, yaitu
1. Mengetahui ekonomi lokal apa yang dapat menunjang perekonomian
di Kabupaten Jepara.
2. Mengetahui cara bertahannya ekonomi lokal
yang menjadi penunjang perekonomian di Kabupaen Jepara
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Posisi Mebel di Kabupaten Jepara
Kegiatan ekonomi di suatu tempat
berkaitan erat dengan potensi di suatu daerah. Manusia berusaha memanfaatkan
apa yang ada di sekitar lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Segala
sesuatu yang ada di suatu daerah yang dapat dimanfaatkan lebih jauh disebut
potensi daerah. Tanah yang subur, pemandangan alam yang indah, laut yang kaya
akan ikan merupakan contoh potensi yang ada di suatu daerah. Selain itu
keindahan kesenian dan aneka budaya di suatu daerah juga merupakan potensi
daerah. Di setiap daerah tentu memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dan
dikembangan. Potensi ini kadang berbeda satu sama lain. Secara umum potensi
yang terdapat di wilayah Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, yakni potensi alam, potensi sosial budaya, dan potensi
sumber daya manusia. Untuk Kabupaten Jepara sendiri memanfaatkan potensi sosial budaya dan
potensi sumber daya manusia. Potensi yang dimanfaatkan Kabupaten Jepara adalah
:
Potensi sosial
budaya merupakan potensi yang terdapat di kehidupan masyarakat. Berbagai jenis
kesenian daerah dan adat istiadat merupakan contoh potensi sosial budaya.
a. Kesenian
daerah
Seni rupa terdiri dari berbagai bentuk, yaitu seni pahat, seni patung dan seni ukir. Seni ukir yang terkenal adalah Jepara.
Seni rupa terdiri dari berbagai bentuk, yaitu seni pahat, seni patung dan seni ukir. Seni ukir yang terkenal adalah Jepara.
Tradisi atau adat
istiadat merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun oleh suatu
masyarakat. Contoh kemampuan masyarakat Kabupaten Jepara dalam mengukir adalah
hasil belajar secara otodidak artinya bahwa mereka belajar sendiri dengan
mengamati orang sebelum mereka, dengan denikian secara otomatis jiwa seni
masyarakat Kabupaten Jepara telah tertanam secara alamai. Tradisi yang dapat
menjadi potensi daerah Kabupaten Jepara.
Selain sumber
daya alam, sumber daya manusia yang terdapat di suatu daerah juga merupakan
potensi daerah. Jumlah manusia yang banyak dan berkualitas sangat bermanfaat
dalam kegiatan ekonomi. Berkualitas artinya memiliki kemampuan dan keterampilan
atau terdidik dan terlatih. Kemampuan masyarakat Kabupaten Jepara dalam
mengukir sudah tidak diragukan lagi karena kemampuan itu didapat dengan cara
turun temurun.
Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah, identik dengan mebel dan ukirannya. Perekonomian dan citra
daerah di Semenanjung Muria ini benar-benar bertopang pada kayu dan seni
mengolah kayu. Sumbangan industri pengolahan
terhadap PDRB Jepara juga merupakan yang terbesar, yaitu 26,8 persen pada 2009 dan 27,51 persen pada 2010. Dari sisi
penyerapan tenaga kerja serta penyerapan devisa, sekitar 30% produk
ekspor dan 60% dari volume perdagangan domestik mebel Jawa Tengah berasal dari
Jepara. Dapat dikatakan bahwa Industri mebel ini merupakan ulang punggung
perekonomian masyarakat Jepara, sehingga jika industri ini kolaps maka akan
berdampak besar pada perekonomian masyarakat Jepara. Ekspor Industri ini
juga menyumbang sekitar 80% dari seluruh ekspor Kabupaten Jepara tahun 2011. Produk-produk
mebel dan ukiran Jepara tidak hanya diminati pasar lokal dan nasional, tetapi
juga pasar internasional. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara
mencatat, pada 2012, Jepara mengekspor mebel ukiran Jepara ke 105 negara
senilai US $ 102 juta, dan kerajinan kayu dan handicraft senilai US$ 1 juta,
menurun dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya yang diakibatkan
meningkatnya pangsa pasar China dalam industri ini. Perdagangan mebel dunia
pada tahun 2010 mencapai 135 miliar dolar AS atau sekitar 1% dari total
perdagangan dunia di bidang manufaktur. Sebesar 54% dari ekspor mebel berasal
dari negara sedang berkembang termasuk Indonesia, Malaysia, Meksiko, Polandia,
dan Cina. Cina dengan pangsa pasar 13,69%, mendominasi perdagangan mebel dunia
dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Pasar mebel dunia adalah pasar
terbuka,di mana rasio impor dengan konsumsi melebihi 31%. Pangsa pasar mebel di
dunia masih dipegang oleh negara pengekspor mebel terkemuka, antara lain:
Italia yang menguasai pangsa pasar sebesar 14,18 %, disusul China (13,69%),
Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%). Sedangkan pangsa
pasar meubel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9%. Indonesia telah
memertahankan pangsa pasarnya lebih-kurang tetap selama lebih dari tiga
tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun terjadi lonjakan tajam pangsa pasar
yang direbut oleh China. Mebel tidak hanya merupakan bagian sangat penting dari
ekonomi Jepara, tetapi juga merupakan denyut nadi dan budaya masyarakat Jepara.
Mereka meyakini bahwa keahlian dan keterampilan membuat mebel merupakan warisan
sejarah yang harus dijaga kelestariannya. Mereka mempunyai tugas mulia untuk
tetap menghidupkan mebel Jepara di tengah persaingan dunia.
Dalam pasar global yang semakin
berkembang ini kerajinan mebel telah mampu bertahan dengan menggunakan fungsi kreativitas dalam proses
inovatif dalam menghasilkan karya dan inovetif dalam melakukan pemasaran
merupakan hal yang penting. Kreativitas adalah pembangkitan ide yang menghasilkan
penyempurnaan efektivitas dan efisiensi pada suatu sistem. Ada dua aspek
penting pada kreativitas yaitu proses dan manusia. Proses yang berorientasi
tujuan, yang didesain untuk mencapai solusi suatu problem. Manusia merupakan
sumber daya yang menentukan solusi. Proses tetap sama, namun pendekatan yang
digunakan dapat bervariasi. Misalnya, pada suatu problem mereka mengadaptasikan
suatu solusi, tetapi pada kesempatan yang berbeda mereka menerapkan solusi
inovatif.
Untuk pemasaran lokal sendiri dengan adanya usaha
mebel di Kabupaten Jepara telah mengurangi jumlah pengangguran yang otomatis
meningkatkan perekonomian masyarakat Jepara. Hampir 95,5 % usaha mebel di
Jepara merupakan usaha keluarga bahkan industri kayu
ukir jepara ditekuni oleh hampir 75% masyarakat Jepara dan setiap desa di Jepara mayoritas mempunyai
usaha dibidang furniture dan mebel Jepara. Bahkan masyarakat yang tidak
memiliki modal namun memiliki keahlian membuat mebel tidak perlu khawatir
karena dengan keahliannya mereka akan dibutuhkan oleh para pengusaha mebel
karena industri ini menggunakan bahan baku kayu jati sebagai bahan baku utama,
80% desain mebel merupakan hasil pekerjaan tangan pengrajin dan sekitar 20%
pengerjaan komponen mempergunakan mesin yang meliputi pekerjaan pemotongan dan
pembelahan, pekerjaan penghalusan permukaan dan pekerjaan finishing.
Dengan demikian usaha mebel sangat mengangkat derajat ekonomi di Jepara
B. Ciri Khas Mebel yang Menjadi Nilai Jual
Ukiran
asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti
kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada
buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya
memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi
ruang atau memperindah. Ada beberapa bentuk motif dari ukiran jepara : Daun pokok (Jumbai). Daun pokok motif ini
mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada
penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol. Bunga dan
buah. Bunga dan buah pada motif jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti
buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini
sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung
relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk
daunnya. Pecahan. Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis
yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar. Pecahan memang
mempunyai arti memecah antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dalam
satu bentuk objek ukiran. Pecahan dalam istilah ukiran tradisional Jawa dapat
dibagi menjadi 2 macam, pecahan garis dan pecahan cawen. Bagi pecinta
ukiran mebel, mereka dapat mengenali ciri khas ukiran mebel Jepara kemudian
dengan citra ukiran mebel Jepara yang berkarakter, para pecinta ukiran mebel
pun tak segan-segan untuk mengeluarkan banyak uang untuk membayar kerajinan
ini, hal ini merupakan nilai plus untuk perekonomian Kabupaten Jepara.
BAB III
PENUTUPAN
I.
Kesimpulan
Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah, identik dengan mebel dan ukirannya. Kegiatan ekonomi
di suatu tempat berkaitan erat dengan potensi di suatu daerah. Kabupaten Jepara sendiri
memanfaatkan potensi sosial budaya dan potensi sumber daya manusia. Dari
potensi social budaya, Kabpupaten Jepara memanfaatkan karia seni rupa berupa
ukiran mebel sedangkan potensi sumber daya manusia, Kabupaten Jepara
memanfaatkan adat istiadat berupa warisan turun temurun dalam hal keahlian
dalam mengukir. Dapat dikatakan bahwa Industri mebel ini merupakan
ulang punggung perekonomian masyarakat Jepara, sehingga jika industri ini
kolaps maka akan berdampak besar pada perekonomian masyarakat Jepara. Untuk
pemasaran lokal sendirir dengan adanya usaha mebel di Kabupaten Jepara telah
mengurangi jumlah pengangguran yang otomatis meningkatkan perekonomian
masyarakat Jepara. Hampir 95,5 % usaha mebel di Jepara merupakan usaha keluarga
bahkan industri kayu ukir jepara ditekuni oleh hampir
75% masyarakat Jepara dan setiap desa di
Jepara mayoritas mempunyai usaha dibidang furniture dan mebel Jepara.
Daftar
Pustaka
Reynaldi,
Chandra. 2011. Analisis Ukiran Jepara.
Dalam
http://www.academia.edu/5420669/Analisis_ekonomi_ukiran_kayu_di_Jepara
Diakses pada tanggal 26 Mei.2015
Safrida. 2011. Menunjang Perekonomian di Jepara. Dalam safridaipbab1.pdf. Diakses
pada tanggal 26 Mei.2015
Widi, H. (2011). Jepara, Bertopang pada Kayu dan Ukiran, Kompas. Retrieved from http://edukasi.kompas.com/read/2011/09/19/03100217/jepara.bertopang.pada.kayu.dan.ukiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar