Planologi'14

Planologi'14

Jumat, 12 Juni 2015

Makalah Mebel Sebagai Penyangga Ekonomi Jepara

BAB I
PENDAHULUAN
 
                     I.            Latar Belakang
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber dayasumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999). Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan public dan memajukan perekonomian daerah. Kedua Undang-Undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat.
Melalui otonomi daerah pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah terutama di Jepara.
                      II.            Rumusan Masalah
1.      Apa saja ekonomi lokal yang menunjang perekonomian di Kabupaten Jepara ?
2.      Bagaimana ekonomi lokal tersebut dapat bertahan ?
3.      Seberapa pengaruhnya ekonomi lokal menunjang perekonomian di Jepara ?
                      III.            Tujuan
Adapun tujuan penulis menulis makalah ini, yaitu
1.      Mengetahui ekonomi  lokal apa yang dapat menunjang perekonomian di Kabupaten Jepara.
2.      Mengetahui cara bertahannya ekonomi lokal yang menjadi penunjang perekonomian di Kabupaen Jepara
BAB II
PEMBAHASAN
     A.      Posisi Mebel di Kabupaten Jepara
Kegiatan ekonomi di suatu tempat berkaitan erat dengan potensi di suatu daerah. Manusia berusaha memanfaatkan apa yang ada di sekitar lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Segala sesuatu yang ada di suatu daerah yang dapat dimanfaatkan lebih jauh disebut potensi daerah. Tanah yang subur, pemandangan alam yang indah, laut yang kaya akan ikan merupakan contoh potensi yang ada di suatu daerah. Selain itu keindahan kesenian dan aneka budaya di suatu daerah juga merupakan potensi daerah. Di setiap daerah tentu memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan dan dikembangan. Potensi ini kadang berbeda satu sama lain. Secara umum potensi yang terdapat di wilayah Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, yakni  potensi alam, potensi sosial budaya, dan potensi sumber daya manusia. Untuk Kabupaten Jepara sendiri  memanfaatkan potensi sosial budaya dan potensi sumber daya manusia. Potensi yang dimanfaatkan Kabupaten Jepara adalah :
·        Potensi Sosial Budaya
Potensi sosial budaya merupakan potensi yang terdapat di kehidupan masyarakat. Berbagai jenis kesenian daerah dan adat istiadat merupakan contoh potensi sosial budaya.
a.    Kesenian daerah 
Seni rupa terdiri dari berbagai bentuk, yaitu seni pahat, seni patung dan seni ukir. Seni ukir yang terkenal adalah Jepara.
b.      Tradisi atau adat istiadat
Tradisi atau adat istiadat merupakan kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun oleh suatu masyarakat. Contoh kemampuan masyarakat Kabupaten Jepara dalam mengukir adalah hasil belajar secara otodidak artinya bahwa mereka belajar sendiri dengan mengamati orang sebelum mereka, dengan denikian secara otomatis jiwa seni masyarakat Kabupaten Jepara telah tertanam secara alamai. Tradisi yang dapat menjadi potensi daerah Kabupaten Jepara.
·        Potensi Sumber Daya Manusia
Selain sumber daya alam, sumber daya manusia yang terdapat di suatu daerah juga merupakan potensi daerah. Jumlah manusia yang banyak dan berkualitas sangat bermanfaat dalam kegiatan ekonomi. Berkualitas artinya memiliki kemampuan dan keterampilan atau terdidik dan terlatih. Kemampuan masyarakat Kabupaten Jepara dalam mengukir sudah tidak diragukan lagi karena kemampuan itu didapat dengan cara turun temurun.
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, identik dengan mebel dan ukirannya. Perekonomian dan citra daerah di Semenanjung Muria ini benar-benar bertopang pada kayu dan seni mengolah kayu. Sumbangan industri pengolahan terhadap PDRB Jepara juga merupakan yang terbesar, yaitu 26,8 persen pada 2009 dan 27,51 persen pada 2010. Dari sisi penyerapan tenaga kerja serta  penyerapan devisa, sekitar 30% produk ekspor dan 60% dari volume perdagangan domestik mebel Jawa Tengah berasal dari Jepara. Dapat dikatakan bahwa Industri mebel ini merupakan ulang punggung perekonomian masyarakat Jepara, sehingga jika industri ini kolaps maka akan  berdampak besar pada perekonomian masyarakat Jepara. Ekspor Industri ini juga menyumbang sekitar 80% dari seluruh ekspor Kabupaten Jepara tahun 2011. Produk-produk mebel dan ukiran Jepara tidak hanya diminati pasar lokal dan nasional, tetapi juga pasar internasional. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jepara mencatat,  pada 2012, Jepara mengekspor mebel ukiran Jepara ke 105 negara senilai US $ 102 juta, dan kerajinan kayu dan handicraft senilai US$ 1 juta, menurun dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya yang diakibatkan meningkatnya pangsa pasar China dalam industri ini. Perdagangan mebel dunia pada tahun 2010 mencapai 135 miliar dolar AS atau sekitar 1% dari total perdagangan dunia di bidang manufaktur. Sebesar 54% dari ekspor mebel berasal dari negara sedang berkembang termasuk Indonesia, Malaysia, Meksiko, Polandia, dan Cina. Cina dengan pangsa pasar 13,69%, mendominasi perdagangan mebel dunia dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi. Pasar mebel dunia adalah pasar terbuka,di mana rasio impor dengan konsumsi melebihi 31%. Pangsa pasar mebel di dunia masih dipegang oleh negara pengekspor mebel terkemuka, antara lain: Italia yang menguasai pangsa pasar sebesar 14,18 %, disusul China (13,69%), Jerman (8,43%), Polandia (6,38%), dan Kanada (5,77%). Sedangkan pangsa  pasar meubel Indonesia saat ini hanya mencapai 2,9%. Indonesia telah memertahankan pangsa  pasarnya lebih-kurang tetap selama lebih dari tiga tahun terakhir pada angka 2,5%, sekalipun terjadi lonjakan tajam pangsa pasar yang direbut oleh China. Mebel tidak hanya merupakan bagian sangat penting dari ekonomi Jepara, tetapi juga merupakan denyut nadi dan budaya masyarakat Jepara. Mereka meyakini bahwa keahlian dan keterampilan membuat mebel merupakan warisan sejarah yang harus dijaga kelestariannya. Mereka mempunyai tugas mulia untuk tetap menghidupkan mebel Jepara di tengah persaingan dunia.
            Dalam pasar global yang semakin berkembang ini kerajinan mebel telah mampu bertahan dengan menggunakan fungsi kreativitas dalam proses inovatif dalam menghasilkan karya dan inovetif dalam melakukan pemasaran merupakan hal yang penting. Kreativitas adalah pembangkitan ide yang menghasilkan penyempurnaan efektivitas dan efisiensi pada suatu sistem. Ada dua aspek penting pada kreativitas yaitu proses dan manusia. Proses yang berorientasi tujuan, yang didesain untuk mencapai solusi suatu problem. Manusia merupakan sumber daya yang menentukan solusi. Proses tetap sama, namun pendekatan yang digunakan dapat bervariasi. Misalnya, pada suatu problem mereka mengadaptasikan suatu solusi, tetapi pada kesempatan yang berbeda mereka menerapkan solusi inovatif.
                Untuk pemasaran lokal sendiri dengan adanya usaha mebel di Kabupaten Jepara telah mengurangi jumlah pengangguran yang otomatis meningkatkan perekonomian masyarakat Jepara. Hampir 95,5 % usaha mebel di Jepara merupakan usaha keluarga bahkan industri kayu ukir jepara ditekuni oleh hampir 75% masyarakat Jepara dan  setiap desa di Jepara mayoritas mempunyai usaha dibidang furniture dan mebel Jepara. Bahkan masyarakat yang tidak memiliki modal namun memiliki keahlian membuat mebel tidak perlu khawatir karena dengan keahliannya mereka akan dibutuhkan oleh para pengusaha mebel karena industri ini menggunakan bahan baku kayu jati sebagai bahan baku utama, 80% desain mebel merupakan hasil pekerjaan tangan pengrajin dan sekitar 20% pengerjaan komponen mempergunakan mesin yang meliputi pekerjaan pemotongan dan pembelahan, pekerjaan  penghalusan permukaan dan pekerjaan finishing. Dengan demikian usaha mebel sangat mengangkat derajat ekonomi di Jepara
     B.        Ciri Khas Mebel yang Menjadi Nilai Jual
Ukiran asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah. Ada beberapa bentuk motif dari ukiran jepara :  Daun pokok (Jumbai). Daun pokok motif ini mempunyai corak tersendiri, yaitu merelung-relung dan melingkar. Pada penghabisan relung tersebut terdapat daun yang menggerombol.  Bunga dan buah. Bunga dan buah pada motif jepara ini berbentuk cembung (bulatan) seperti buah anggur atau buah wuni yang disusun berderet atau bergerombol. Bunga ini sering terdapat pada sudut pertemuan relung daun pokok atau terdapat pada ujung relung yang dikelilingi daun-daunnya,sedangkan bunganya mengikuti bentuk daunnya. Pecahan. Pada pecahan ukiran daun motif ini terdapat 3 pecahan garis yang mengikuti arah bentuk daun, sehingga tampak seperti sinar. Pecahan memang mempunyai arti memecah antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dalam satu bentuk objek ukiran. Pecahan dalam istilah ukiran tradisional Jawa dapat dibagi menjadi 2 macam,  pecahan garis dan pecahan cawen. Bagi pecinta ukiran mebel, mereka dapat mengenali ciri khas ukiran mebel Jepara kemudian dengan citra ukiran mebel Jepara yang berkarakter, para pecinta ukiran mebel pun tak segan-segan untuk mengeluarkan banyak uang untuk membayar kerajinan ini, hal ini merupakan nilai plus untuk perekonomian Kabupaten Jepara.
BAB III
PENUTUPAN
I.                    Kesimpulan
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, identik dengan mebel dan ukirannya. Kegiatan ekonomi di suatu tempat berkaitan erat dengan potensi di suatu daerah. Kabupaten Jepara sendiri  memanfaatkan potensi sosial budaya dan potensi sumber daya manusia. Dari potensi social budaya, Kabpupaten Jepara memanfaatkan karia seni rupa berupa ukiran mebel sedangkan potensi sumber daya manusia, Kabupaten Jepara memanfaatkan adat istiadat berupa warisan turun temurun dalam hal keahlian dalam mengukir. Dapat dikatakan bahwa Industri mebel ini merupakan ulang punggung perekonomian masyarakat Jepara, sehingga jika industri ini kolaps maka akan  berdampak besar pada perekonomian masyarakat Jepara. Untuk pemasaran lokal sendirir dengan adanya usaha mebel di Kabupaten Jepara telah mengurangi jumlah pengangguran yang otomatis meningkatkan perekonomian masyarakat Jepara. Hampir 95,5 % usaha mebel di Jepara merupakan usaha keluarga bahkan industri kayu ukir jepara ditekuni oleh hampir 75% masyarakat Jepara dan  setiap desa di Jepara mayoritas mempunyai usaha dibidang furniture dan mebel Jepara.



Daftar Pustaka


Reynaldi, Chandra. 2011. Analisis Ukiran Jepara. Dalam
http://www.academia.edu/5420669/Analisis_ekonomi_ukiran_kayu_di_Jepara Diakses pada tanggal 26 Mei.2015
Safrida. 2011. Menunjang Perekonomian di Jepara. Dalam safridaipbab1.pdf. Diakses
pada tanggal 26 Mei.2015
Widi, H. (2011). Jepara, Bertopang pada Kayu dan Ukiran, Kompas. Retrieved from http://edukasi.kompas.com/read/2011/09/19/03100217/jepara.bertopang.pada.kayu.dan.ukiran
 

 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar